Elita Duatnofa
Biasanya di hari ulang tahun saya sendiri, saya selalu menuliskan sebuah puisi yang mewakili keadaan saya secara keseluruhan di tahun tersebut. Tentang perasaan terbuang, mimpi-mimpi, cinta, optimisme, dan lainnya, jika dibaca pakai hati, pasti kentara sekali. :P

Ini adalah puisi ulang tahun saya di tahun 2008:

Aku

aku… 

perempuan tak tahu usia

air mataku darah peluhku nanah

terdampar di pantai tak berpasir

bergulung ombak terhantam karam

aku yang tak tahu arah…

mencari jalan pulang

namun tak ku temui



Di tahun 2009:




Camar
adalah seekor camar menari di bawah gerimis

mengepakkan sayap dan menahan dingin

mencoba berlindung di balik petang

gemuruh datang membuatnya gemetar

tapi sang camar semakin tinggi menari

lalu ia menepi...

dan hinggap di tiang jembatan tua

merunduk ke bawah

memandangi deras arus sungai

yang membawa sampah-sampah kota

lalu camar menengadah,

menatap langit

mencari sekelompok kawan

yang telah hilang di sekitar awan

kini semakin dingin

gerimis telah menjadi hujan

mencoba merobohkan tubuh camar yang kian menggigil

tapi camar kecil tak kan mati di situ

kalaupun harus mati...

ia tahu betul

di mana seharusnya ia mati...


tahun 2010:




28 Tahun

aku adalah camar yang sama dengan 28 tahun yang lalu,
bersenandung di antara embun,
pongah menantang mentari,
aku tak gentar walau terbakar,
aku tak sembunyi meski dingin bekukan aku.

Sendiri ku menanti senja,
Terpenjara, terikat, terjerembab.
Bersandar pada surya yang segera beranjak,
Oh, cahya… diamlah kau di sini.
Menggantung pada waktu yang mendekat pada bulan.
Menjadikanku bisu akan kata-kata yang hanya bersorak-sorai dalam keheningan jiwa.
Terpesona, pada indah aurora yang perkasa di antara titik kering petang yang meneduh.

Dari ranting kecil yang kokoh, aku bersenandung.
Bergoyang bersama angin yang kian nakal meniup dahan.
28 tahun, aku masih di habitat yang sama, hanya berganti ranting dan pohon.
Kelak… aku harus mampu berpindah.
Ke sebuah negeri dimana salju turun setiap tahun, dan musim terpecah 4.

Maka inilah tulisan saya di usia 29 tahun,





Bising, ramai, memekak
Diamlah kau dan berhenti bicara 
Kan ku bungkam engkau dengan batuan panas yang kucuri dari perut bumi

Dan telah kupandang cinta dengan mengintip dari bilik gubuk kayu nan usang
Berputar bersama pusaran angin yang membawa butiran pasir
Aku tak akan menyentuhnya dari dekat, aku tak kan terbawa

Aku tuli, dan kini ku buta
Maka tak kan ku lihat dan dengar kau
Lalu mengapa kau masih di sini?


Happy B'day To Me ^_^




Labels: edit post
0 Responses

Post a Comment