Hidup ternyata memang sekumpulan pelajaran, yang tidak pernah berhenti. Apapun yang orang katakan, entah ujian atau pun teguran, toh tetap di dalamnya ada pelajaran. Maka saya lebih senang menganggap hidup sebagai perjalanan panjang penuh pelajaran.
Dari kebahagiaan, kita jadi tahu artinya syukur. Dari duka dan kesusahan kita tahu bahwa hidup adalah perputaran nasib. Mungkin orang lain punya penafsiran berbeda, namun setidaknya begitulah opini saya. Saat senang teman beriring datang, saat susah mereka beriring pergi. Lalu nama saya menjadi topik hangat yang lezat tuk diperbincangkan. Saya tahu, namun pura-pura tak tahu.
Banyak dari kita yang mungkin pernah berada di posisi tersebut. Banyak juga yang tidak, oleh sebab itulah mereka tak bisa mengerti karena tahu rasanya juga tidak.
Beberapa kali mencoba menghibur dan menguatkan diri dengan membaca kisah2 orang sukses yang dulunya pernah gagal dan terasingkan. Salah satunya adalah kisah Ust. Yusuf Mansyur. Beliau pernah terlilit hutang milyaran rupiah hingga masuk bui berkali-kali. Apakah ada yang mau terseret dalam kisah seperti itu? Saya sendiri tidak. Membayangkannya saja sudah takut. Namun Allah punya maksud lain, permasalahan hidup yang pelik mendekatkan Ust. YM pada Allah. Selepas itu, Allah sudah siapkan gantinya, rezeki melimpah, nama baik, dan kedudukan. Padahal jika mendengarkan ceramahnya, sedih betul, karna tukang bakso pun ogah dipanggil oleh beliau, takut tak dibayar.
Saya tahu saya salah, tapi saya tidak pernah sengaja menjadi bangkrut dan menyusahkan. Sebab bangkrut itu bukan cuma menyusahkan orang lain, melainkan juga diri sendiri.
Saya terasing kini, di antara nama yang siap untuk runtuh dan terinjak. Namun saya tak pernah berniat untuk menjadi seperti yang dituduhkan orang dalam hatinya tentang saya. Biar Allah yang mengklarifikasi semuanya lewat waktu. Sebab waktu juga membuktikan bahwa saya masih memiliki itikad baik.
Dari sini pula saya diberi kesempatan untuk belajar, lagi dan lagi. Untuk lebih bijak memahami hidup, lebih menyaring siapa yang bisa dipercaya, dan berhenti men-judge orang. Sebab saya tak tahu apa yang sebenarnya terjadi dalam kehidupan seseorang, tidak pernah.
Dari kebahagiaan, kita jadi tahu artinya syukur. Dari duka dan kesusahan kita tahu bahwa hidup adalah perputaran nasib. Mungkin orang lain punya penafsiran berbeda, namun setidaknya begitulah opini saya. Saat senang teman beriring datang, saat susah mereka beriring pergi. Lalu nama saya menjadi topik hangat yang lezat tuk diperbincangkan. Saya tahu, namun pura-pura tak tahu.
Banyak dari kita yang mungkin pernah berada di posisi tersebut. Banyak juga yang tidak, oleh sebab itulah mereka tak bisa mengerti karena tahu rasanya juga tidak.
Beberapa kali mencoba menghibur dan menguatkan diri dengan membaca kisah2 orang sukses yang dulunya pernah gagal dan terasingkan. Salah satunya adalah kisah Ust. Yusuf Mansyur. Beliau pernah terlilit hutang milyaran rupiah hingga masuk bui berkali-kali. Apakah ada yang mau terseret dalam kisah seperti itu? Saya sendiri tidak. Membayangkannya saja sudah takut. Namun Allah punya maksud lain, permasalahan hidup yang pelik mendekatkan Ust. YM pada Allah. Selepas itu, Allah sudah siapkan gantinya, rezeki melimpah, nama baik, dan kedudukan. Padahal jika mendengarkan ceramahnya, sedih betul, karna tukang bakso pun ogah dipanggil oleh beliau, takut tak dibayar.
Saya tahu saya salah, tapi saya tidak pernah sengaja menjadi bangkrut dan menyusahkan. Sebab bangkrut itu bukan cuma menyusahkan orang lain, melainkan juga diri sendiri.
Saya terasing kini, di antara nama yang siap untuk runtuh dan terinjak. Namun saya tak pernah berniat untuk menjadi seperti yang dituduhkan orang dalam hatinya tentang saya. Biar Allah yang mengklarifikasi semuanya lewat waktu. Sebab waktu juga membuktikan bahwa saya masih memiliki itikad baik.
Dari sini pula saya diberi kesempatan untuk belajar, lagi dan lagi. Untuk lebih bijak memahami hidup, lebih menyaring siapa yang bisa dipercaya, dan berhenti men-judge orang. Sebab saya tak tahu apa yang sebenarnya terjadi dalam kehidupan seseorang, tidak pernah.
posted from Bloggeroid
Post a Comment