Innalillahi wa inna ilaihi rojiuun.
Adalah seorang bunda super, mengurus 3 buah hatinya yang yatim sejak 2 tahun lalu, dengan sabar, ikhlas, tegar. Saya tak bisa membayangkan berada di posisi itu, dan saya belum tentu setegar itu.
Dialah Kak Iis, sahabat baik saya yang lama tak saya sambangi sebab kesibukan duniawi. Ia seringkali menempatkan dirinya sebagai kakak buat saya yang kebetulan tak berkakak. Pintu rumahnya selalu terbuka untuk saya kapan pun jika saya ingin datang berkeluh kesah. Saya bahkan belum sempat membalas kebaikannya yang begitu banyak. Saya merasa bagai kacang lupa kulit.
Terakhir kami bertemu, mungkin 2 tahun lalu. Hujan2an ia datang ke rumah saya untuk memesan coklat lebaran, sebagai bukti bahwa ia begitu mendukung apapun yang saya lakukan. Bersama seorang teman ia datang, dengan sepeda motor. Membayangkannya saja saya malas, berhujan2an dari Pamulang menuju Depok dengan motor, tapi ia lakukan, bukti lain bahwa ia memang sedemikian baiknya.
Selamat jalan, Kak Iis. Sungguh kami menyayangimu dengan sangat. Tapi Allah tentu lebih menyayangimu dan menyiapkan tempat terbaik untuk segala kebaikanmu.
Semoga namamu adalah doa, bahwa engkau adalah salah satu cahaya yang menyinari surgaNya.
Kami menyayangimu dengan sangat, Kak Iis. Maafkan segala alasan yang kubuat hingga menghalangi silaturahmi kita.
Kepergianmu adalah pelajaran untukku, bahwa harusnya kesibukan tak menghalangi silaturahim.
Kepergianmu adalah peringatan untukku, agar lebih menghargai waktu dan memanfaatkannya sebaik mungkin.
Sungguh kami menyayangimu dengan sangat, semoga Allah menempatkanmu di tempat yang tinggi, bersama para kekasihNya.
Ya Rabb, ampunilah kesalahannya, lapangkan kuburnya, ampuni, ampuni, ampuni Ya Rabb. Amiiin.
Adalah seorang bunda super, mengurus 3 buah hatinya yang yatim sejak 2 tahun lalu, dengan sabar, ikhlas, tegar. Saya tak bisa membayangkan berada di posisi itu, dan saya belum tentu setegar itu.
Dialah Kak Iis, sahabat baik saya yang lama tak saya sambangi sebab kesibukan duniawi. Ia seringkali menempatkan dirinya sebagai kakak buat saya yang kebetulan tak berkakak. Pintu rumahnya selalu terbuka untuk saya kapan pun jika saya ingin datang berkeluh kesah. Saya bahkan belum sempat membalas kebaikannya yang begitu banyak. Saya merasa bagai kacang lupa kulit.
Terakhir kami bertemu, mungkin 2 tahun lalu. Hujan2an ia datang ke rumah saya untuk memesan coklat lebaran, sebagai bukti bahwa ia begitu mendukung apapun yang saya lakukan. Bersama seorang teman ia datang, dengan sepeda motor. Membayangkannya saja saya malas, berhujan2an dari Pamulang menuju Depok dengan motor, tapi ia lakukan, bukti lain bahwa ia memang sedemikian baiknya.
Selamat jalan, Kak Iis. Sungguh kami menyayangimu dengan sangat. Tapi Allah tentu lebih menyayangimu dan menyiapkan tempat terbaik untuk segala kebaikanmu.
Semoga namamu adalah doa, bahwa engkau adalah salah satu cahaya yang menyinari surgaNya.
Kami menyayangimu dengan sangat, Kak Iis. Maafkan segala alasan yang kubuat hingga menghalangi silaturahmi kita.
Kepergianmu adalah pelajaran untukku, bahwa harusnya kesibukan tak menghalangi silaturahim.
Kepergianmu adalah peringatan untukku, agar lebih menghargai waktu dan memanfaatkannya sebaik mungkin.
Sungguh kami menyayangimu dengan sangat, semoga Allah menempatkanmu di tempat yang tinggi, bersama para kekasihNya.
Ya Rabb, ampunilah kesalahannya, lapangkan kuburnya, ampuni, ampuni, ampuni Ya Rabb. Amiiin.
posted from Bloggeroid
Post a Comment