Elita Duatnofa
Jika ditanya kekayaan apakah yang paling berharga yang kita punya, mungkin ada yang menjawab mobil pribadi, rumah mewah, emas batangan, atau harta berharga lainnya. Lalu berapa di antara kita yang menjawab "buku" sebagai salah satu aset kekayaannya? Prosentase tersebut sudah cukup menjadi jawaban kenapa bangsa kita masih saja tertinggal setelah puluhan tahun "cuma" jadi negara berkembang, yang artinya maju nggak, walaupun miskin-miskin banget juga nggak.

Kalau saja kita semua tahu bahwa buku adalah sumber kekayaan berharga untuk pembacanya, maka tentu toko buku akan jauh lebih ramai ketimbang mall. Sebab setiap weekend tiba maka anak-anak merengek minta diajak ke toko buku, bukan belanja baju, pun bukan makan di resto mahal untuk kemudian menu pilihannya dipertontonkan pada banyak orang lewat sosmed. Bahkan mungkin di saat teman sosmednya sedang ada yang kelaparan dan tak ada uang.

Semakin hari, umat manusia telah mengalami kemunduran yang kita kira sebagai kemajuan. Atas nama modernitas kita berlomba membeli smartphone, tapi lupa untuk membuat diri menjadi tak kalah smart dengan handphone. Bermegah-megahan, mengumpulkan harta, berharap bisa meninggalkan harta cukup untuk anak kita. Namun lupa bahwa harta sebanyak apapun akan habis tak bermakna di tangan anak yang tak berwawasan baik.

Kita lebih sering bangga pada apa yang kita punya, rumah bagus, perabotan cantik, hewan peliharaan yang mahal, dan lainnya. Kita lupa bahwa yang utama kita isi seharusnya adalah pikiran dan jiwa, lewat buku-buku bermutu yang kita baca.

Lantas, sudah berapa bukukah yang pernah kita baca?



posted from Bloggeroid

2 Responses
  1. Sepakat mba. Mostly orang punya budget buat belanja baju setiap bulannya, jarang ada yang nyiapin budget buat beli buku.


  2. Hehehe, iya mbak. Makasih banyak sudah berkunjung.


Post a Comment