Monday, 1 January 2018

Cantiknya Empat Telaga Cisoka

Selamat bertemu kembali dengan catatan perjalanan murah meriah ala-ala saya,  hihihi.

Sebelumnya saya mau bilang,  ngetrip itu perlu ya.  Bukan buat foya-foya atau gegayaan, melainkan buat refresh jiwa raga dari aktifitas sehari-hari dan beban hidup yang beragam.  Baru saya sadari,  rupanya memang harus ada budget khusus yang mesti disisihkan untuk sebuah perjalanan yang rutin namun random, setidaknya 1-2 bulan sekali. Jika dulu jaman SD diajarkan bahwa piknik adalah kebutuhan tersier,  maka sepertinya kenyataan hidup membuat posisi piknik bergeser naik menjadi sekunder. (Apa ini bisa-bisanya saya aja?  😁)

Ngetrip,  tidak harus mahal, tidak mesti jauh,  dan tidak identik dengan mewah. Ngetrip,  bukan sekadar kegiatan menghabiskan waktu dan membuang uang. Saya mulai memahami ngetrip dalam definisi yang lain, yaitu belajar.  Sebab ada banyak sekali hal baru yang bisa didapat,  termasuk juga cara pandang dan memaknai rasa syukur akan hidup yang telah dan sedang kita jalani.  Pada akhirnya,  hakikat ngetrip tergantung pada bagaimana seseorang memandang perjalanan itu sendiri.

Nah,  perjalanan murah meriah ala saya kali ini adalah Cisoka,  yeeey akhirnya kesampaian juga nyamperin tempat ini setelah puluhan kali nyaksiin fotonya doang di Instagram. 😆

Berdasarkan informasi dari sumber yang valid, telaga Cisoka semakin sore semakin ramai. Kenapa?  Karena katanya sunset di sini bagus. So,  banyak kaum pecinta fotografi yang berburu sunset di tempat ini. Oleh sebab itu,  saya dan suami memutuskan untuk datang ke sana sepagi mungkin. Saking paginya,  selepas azan subuh dan setelah menunaikan sholat kami langsung berangkat,  tepat pukul 04.50 pagi. Nah,  jalanan kosong dong yaaa,  ya jadinya cuma dengan 1,5 jam perjalanan kami pun sampai ke Desa Cisoka Kabupaten Tangerang.

Telaga pertama yang akan kita jumpai di sana adalah telaga yang paling besar. Saking jernih airnya,  telaga ini jadi seperti kaca yang mefleksikan apa yang ada di langit.  Ini fotonya:


Terus di mana tiga danau yang lain?  Kita lanjutkan perjalanan beberapa puluh meter ke depan, maka akan kita masuk ke jalan yang terdapat gapura bertuliskan "Selamat Datang di Cisoka". Setelah melewati gapura,  kita akan diminta membayar tiket masuk seharga lima ribu untuk motor, dan sepuluh ribu untuk mobil. Nantinya saat pulang kita akan dimintai uang lagi dengan nominal yang sama.  Uang ini, adalah untuk biaya pengembangan desa Cisoka itu sendiri, termasuk untuk pengajian dll.

Telaga selanjutnya yang saya temukan adalah telaga berwarna biru. Yang saya amati, semakin siang semakin biru warnanya. Sayangnya,  penjaga getek dan perahu belum datang karena masih terlalu pagi 😅.



Akhirnya,  saya lanjut lagi melihat telaga berikutnya, jaraknya lumayan dan ada naik turunnya sedikit seperti hidup 😝. Tapi saya malah semangat karena saya anggap ini kesempatan membakar kalori. Nggak terlalu jauh sih sebenenrnya,  paling lima puluh meter deh.


Eits. Sebelum ke telaga lainnya,  nggak lupa foto berduaan buat stok ganti DP whatsapp sebulan ke depan.  Hihi. 

Dan taraaa,  dua danau selanjutnya rupanya berdampingan,  seperti aku dan dia 😚. Jadi nggak perlu menempuh jarak lagi buat melihat telaga terakhir. Kalo mau menempuh hidup baru sih nggak apa-apa buat para jomblo. Inilah foto dua telaga yang berdampingan itu, warnanya toska dan hijau lumut,  btw maafin karena di foto ada sayanya.... 🙆🙏


Habis itu, daripada bengong,  sambil menunggu abang getek saya pun berusaha mengabadikan ikan yang berenang di salah satu telaga itu, eh tapi ga bisa diupload di sini karena saya pakai HP nulisnya. 

Setelah melas cerita ke salah satu warga bahwa saya datang dari jauh dan berangkat sejak subuh,  maka beliau pun menelepon seseorang yang sepertinya adalah Si Abang Getek. Dan benar aja,  beberapa menit kemudian Si Abang pun datang,  yeeeeey!  Padahal biasanya jam 10 baru datang abangnya xixixixi. 

Akhirnya naik getek juga kita, getek cintak katanya mah.... Eheuy 😍💃




Di getek inilah kami ngobrol dengan Si Abang getek yang kelihatannya lebih cocok kami panggil "Pak". Beliau bercerita banyak tentang sejarah terbentuknya telaga-telaga cantik di Cisoka ini. Bermula dari galian pasir yang menjadi sumber penghasilan warga setempat,  yang kemudian harus ditutup karena lokasi tersebut tak miliki izin untuk jadi area penambangan. Hingga ribuan warna katanya hilang pekerjaan dan kebingungan. Selama ini dari galian pasir itu sajalah mereka menafkahi keluarganya. Berbulan kemudian,  cekungan bekas galian pasir itu mulai menampung air hujan hingga membentuk telaga.  Tak hanya itu,  setiap telaga mulai menampakkan warnanya sendiri-sendiri. Dan berkatalah si Bapak,  bahwa warga kemudian merasakan bahwa itu adalah jalan keluar dari Allah untuk mereka. Satu persatu pengunjung datang,  hingga kini setiap sorenya terjadi antrian panjang dari pengunjung yang ingin berfoto di atas getek dan perahu. Masya Allah,  saya sangat takjub mendengar cerita Si Bapak,  mendapati cara Allah yang begitu luar biasa dalam merancang skenario kehidupan di desanya. 



Setelah puas berbincang, dan kebetulan pengunjung mulai ramai ingin berfoto di atas getek juga,  kami pamit pada Si Bapak untuk kembali berfoto di telaga yang paling biru. Tapi,  akang jenggot nggak mau ikutan naik karena takut hihi.  Ia lebih memilih makan indomie di warung pinggir telaga. Saya sih juga takut,  tapi hasrat saya buat punya foto bagus mengalahkan rasa takut saya.  Lagipula,  ada banyak orang dan banyak abang yang jaga.  Jadi walau hati bergetar,  saya mati-matian berusaha tak gentar.  🙍


Oya,  kalau mau naik getek atau perahu,  kita perlu membayar sepuluh ribu saja perorang,  dan itu sudah termasuk jasa difotoin sama si abangnya. Kalau pagi gini,  belum ramai jadi si abang bisa ambil foto kita sebanyak-banyaknya dan kita tinggal sortir deh. Hanya saja yang mengganjal adalah keberadaan warung-warung yang kurang tertata. Seandainya pemerintahnya tanggap,  mungkin penataannya bisa jadi lebih cantik.

Well, itulah trip saya kali ini.  Semoga infonya bisa berguna yaa.  Dan jangan lupa,  dalam kehidupan ada perjalanan,  begitu pun dalam perjalanan ada kehidupan.  😊😊

3 comments:

  1. Weeh ini di Tanggerang? Baguuus... biru banget telaganya. Harus bawa kendaran pribadi kayaknya ya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iyaaa mbaaak, tangerang. Bisa juga naik angkutan mba, naik kereta turun tigaraksa, lanjut angkot dan ojek. Xixixi

      Delete
  2. waoow, indah sekali pemandangan di telaga

    Jasa Pengiriman

    ReplyDelete