Ini adalah puisi ulang tahun saya di tahun 2008:
Aku
aku…
perempuan tak tahu usia
air mataku darah peluhku nanah
terdampar di pantai tak berpasir
bergulung ombak terhantam karam
aku yang tak tahu arah…
mencari jalan pulang
namun tak ku temui
air mataku darah peluhku nanah
terdampar di pantai tak berpasir
bergulung ombak terhantam karam
aku yang tak tahu arah…
mencari jalan pulang
namun tak ku temui
Di tahun 2009:
Camar
adalah seekor camar menari di bawah gerimis
mengepakkan sayap dan menahan dingin
mencoba berlindung di balik petang
gemuruh datang membuatnya gemetar
tapi sang camar semakin tinggi menari
lalu ia menepi...
dan hinggap di tiang jembatan tua
merunduk ke bawah
memandangi deras arus sungai
yang membawa sampah-sampah kota
lalu camar menengadah,
menatap langit
mencari sekelompok kawan
yang telah hilang di sekitar awan
kini semakin dingin
gerimis telah menjadi hujan
mencoba merobohkan tubuh camar yang kian menggigil
tapi camar kecil tak kan mati di situ
kalaupun harus mati...
ia tahu betul
di mana seharusnya ia mati...
mengepakkan sayap dan menahan dingin
mencoba berlindung di balik petang
gemuruh datang membuatnya gemetar
tapi sang camar semakin tinggi menari
lalu ia menepi...
dan hinggap di tiang jembatan tua
merunduk ke bawah
memandangi deras arus sungai
yang membawa sampah-sampah kota
lalu camar menengadah,
menatap langit
mencari sekelompok kawan
yang telah hilang di sekitar awan
kini semakin dingin
gerimis telah menjadi hujan
mencoba merobohkan tubuh camar yang kian menggigil
tapi camar kecil tak kan mati di situ
kalaupun harus mati...
ia tahu betul
di mana seharusnya ia mati...
tahun 2010:
28 Tahun
aku adalah camar yang sama dengan 28 tahun yang lalu,
bersenandung di antara embun,
pongah menantang mentari,
aku tak gentar walau terbakar,
aku tak sembunyi meski dingin bekukan aku.
Sendiri ku menanti senja,
Terpenjara, terikat, terjerembab.
Bersandar pada surya yang segera beranjak,
Oh, cahya… diamlah kau di sini.
Menggantung pada waktu yang mendekat pada bulan.
Menjadikanku bisu akan kata-kata yang hanya bersorak-sorai dalam keheningan jiwa.
Terpesona, pada indah aurora yang perkasa di antara titik kering petang yang meneduh.
Dari ranting kecil yang kokoh, aku bersenandung.
Bergoyang bersama angin yang kian nakal meniup dahan.
28 tahun, aku masih di habitat yang sama, hanya berganti ranting dan pohon.
Kelak… aku harus mampu berpindah.
Ke sebuah negeri dimana salju turun setiap tahun, dan musim terpecah 4.
Maka inilah tulisan saya di usia 29 tahun,
Bising, ramai, memekak
Diamlah kau dan berhenti bicara
Kan ku bungkam engkau dengan batuan panas yang kucuri dari perut bumi
Dan telah kupandang cinta dengan mengintip dari bilik gubuk kayu nan usang
Berputar bersama pusaran angin yang membawa butiran pasir
Aku tak akan menyentuhnya dari dekat, aku tak kan terbawa
Aku tuli, dan kini ku buta
Maka tak kan ku lihat dan dengar kau
Lalu mengapa kau masih di sini?
Happy B'day To Me ^_^
No comments:
Post a Comment