Elita Duatnofa
Dulu, nggak pernah terpikir saya akan melewati tes kesehatan jantung apapun namanya. Sekarang, saya tahu salah satu fase testnya yang disebut dengan Elektro Kardiogram, atau biasa disebut dengan EKG.

Serangan jantung. Itu diagnosa seorang dokter ketika 30 Mei 2016 malam hari lalu saya tiba-tiba merasa nyeri di dada kiri yang semakin lama makin menghebat. Serasa organ dalam di bagian dada kiri diremas kuat dan disetrum. Lalu rasa lemas menyebar ke seluruh tubuh, sebab bergerak dan bernafas sedikit saja terasa sakit begitu hebat. Saat itu saya mengira jadi malam terakhir saya. Malam yang sebelumnya saya lewati dengan berbincang ringan sambil bercanda dengan Qai dan Zytta. Ketika terjadi serangan, saya pun sedang tertawa. Syukurlah Allah masih memberi saya waktu hidup untuk memperbaiki diri.

Sejak serangan malam itu, sehari-hari saya jadi berdebar terus menerus dan cenderung panik. Merasa sesak dan sering terbangun malam hari saat tidur karna merasa kehabisan nafas. Saya juga jadi merasa lebih mudah lelah. Semakin kemari, dada berdebar lebih kencang lagi, sampai saya ketakutan sendiri karna merasa nggak nyaman dengan degup jantung yang terlalu keras.

Akhirnya, saya memutuskan menemui internis untuk konsul dan cek rekam jantung. Sewaktu alat dipasang, agak serem juga lihatnya. Saya belum pernah mengalami yang kayak begini. Elektroda2 itu ditempelkan di badan saya. Langsung yang terbayang adalah setrum yang berbahaya. Tapi ternyata, cek EKG sama sekali nggak menyakitkan. Tiba2 aja cek sudah selesai.

Setelah itu dokter menjelaskan grafik hasil rekam jantung dengan EKG tadi. Namanya Dr. Mutmainah. Ia menjelaskan dengan sabar dan kalimat sederhana perihal apa yang saya alami. Jadi, katanya, iya jantung saya bermasalah. Detaknya tidak beraturan, dan cenderung lemah. Kemudian ia menyarankan saya untuk pemeriksaan lebih lanjut dengan dokter spesialis jantung di rumah sakit yang memiliki alat lengkap.

Setelah itu, saya pulang. Oya, saya dapat obat pengencer darah yang perlu saya konsumsi 1x sehari dan juga obat pereda nyeri yang hanya boleh saya minum jika tiba2 datang serangan lagi.

Terkait pemeriksaan lanjutan yang harus saya lewati, sepertinya saya mau buat BPJS dulu supaya tidak kesulitan mengenai biaya nantinya.

Ups, berita baiknya adalah: berat badan saya turun lagi jadi 58kg, setelah sebelumnya setia di angka 63kg. Alhamdulillah.

posted from Bloggeroid

Elita Duatnofa
Agak lama juga ya jeda dari tulisan part 2 dengan part 3 ini. :)

Ya, sekadar mengingatkan kembali, anjuran suami adalah perbanyak sholat malam seraya berdoa dengan dua pilihan: memohon ampunan untuk mereka yang menyebarkan cerita buruk, atau memohon mereka dibalas dengan kejadian serupa yang menimpa saya.

Entah salah atau tidak, saya tidak memilih keduanya. Atau mungkin memilih di antara keduanya, yaitu semoga Allah menyadarkan mereka. Bagi saya, memohon ampunan tuk mereka saja tidak akan mengubah apapun, sebab mereka bisa melakukan hal serupa pada yang lain, yang lain lagi, dan yang lainnya lagi. Atau memohon balasan tuk mereka tentu sama tak berartinya, jika mereka tak menyadarinya lalu melakukannya lagi pada orang lain lagi, orang lain lagi, lagi, dan lagi. Jadi, memohon Allah menyadarkan mereka dengan cara yang Allah mau dan kehendaki, sepertinya cukup oke untuk jadi bagian dari doa malam saya.

Kadang setelah itu saya bertanya-tanya pada diri sendiri. Apakah saya jahat berdoa begitu? Bagaimana jika Allah kemudian menempatkan salah satu dari mereka di kondisi yang jauh lebih buruk nan menyedihkan dibanding saya? Bagaimana jika mereka tak kuat? Bagaimana jika mereka menyerah? Lemah?

Sejujurnya, saya sudah tak tahu lagi apa itu definisi jahat. Sebab saya banyak melihat orang jahat yang mengaku baik, dan orang yang terlihat baik namun jahat. Jadi, bukankah jahat adalah sesuatu yang biasa, setidaknya untuk mereka? Lagipula, setidaknya saya sudah mendoakan satu kebaikan untuk mereka: s-a-d-a-r. Di luar itu biar jadi urusannya dengan Allah.

Apapun masalahnya, selalu ada hikmah. Jadi saya pun tak mau berlarut dalam kepedihan mendalam. Saya memilih untuk sibuk menemukan hikmah di balik musibah ini, hmm atau yang mereka sebut dengan azab mungkin. Terserah, apapun kata mereka, nyatanya Allah menyiapkan banyak sekali hikmah untuk saya dan keluarga.

Salah satu hikmahnya adalah, saya jadi belajar tuk ikhlas ditempatkan dimana pun yang Allah inginkan. Di tempat yang menjijikkan, atau di singasana penuh kuasa. Di tengah kehinaan, atau kehormatan. Sebab saya tak bisa menolak jika Allah sudah tetapkan demikian.

Ikhlas, ikhlas, dan belajar. Tak ada yang tahu apa yang terjadi esok hari. Apakah saya masih dihinakan, ataukah ALLAH sudah angkat saya ke tempat yang baik dan menempatkan salah seorang penghina saya di dalam kehinaan yang pernah saya alami. Wallahu a'lam.

posted from Bloggeroid