Elita Duatnofa
Cukup lama juga saya tidak mengisi jurnal kehidupan yang biasa saya tuangkan di blog sederhana ini. Kangeeen rasanya.

Tapi ada yang mau tahu kenapa saya menulis lagi malam ini? Itu karena ternyata tulisan saya yang (sebenarnya adalah) berupa resensi novel karya sendiri, disukai dan digunakan di sebuah forum yang anggotanya adalah orang-orang Indonesia yang tinggal di luar negeri. Saya juga baru tahu sih, setelah seorang sahabat yang merupakan penulis novel Love Asset juga memberitahu tentang itu. Aiiih jadi menyesal kenapa belakangan suka malas menulis. Seandainya saja saya lebih rajin....

Ya sudahlah, lupakan.

Kali ini, saya akan membahas tentang tingkat kecerdasan saya yang merosot jauh. Dari yang semula berpedikat "nggak bodoh-bodoh amat" menjadi "benar-benar bodoh". Dan bodohnya lagi, saya menganggap kebodohan-kebodohan itu sebagai sebuah lelucon pribadi yang seringkali membuat saya tertawa sendiri. Duh, bodohnya.

Beberapa hari yang lalu, saya punya janji dengan seorang teman penulis, Mbak Tati namanya, untuk pergi mengunjungi beberapa toko buku di kawasan Kemang, demi menjalin kerjasama. Sore sebelumnya, kami membahas soal janjian itu dan sepakat soal waktunya.

Keesokan harinya jam 8.30 pagi, saya masih dalam keadaan belum mandi karena memang tak biasa mandi pagi jika tak akan pergi. Perut yang mulas memaksa saya untuk masuk kamar mandi, dengan tetap membawa ponsel sebagaimana biasanya. Sebuah pesan via BBM saya terima. Dari Mbak Tati. Dan saya kaget bukan main waktu pesannya itu bilang kalau dia sudah berada di tempat yang telah kami sepakati bersama. Parahnya, Mbak Tati mengirimkan pesan itu ketika dia sudah 30 menit lamanya menunggu saya. Whuat? Jelas saja saya kaget. Saya baru ingat detik itu juga kalau saya punya janji hari ini jam 8 pagi. sekarang sudah jam 8.30 sementara saya bahkan belum membereskan urusan toilet saya. Untunglah Mbak Tati ingin disayang Tuhan, sehingga ia pun sabar menunggu saya.

Menyadari keterlambatan saya, maka saya pun memutuskan untuk pergi tanpa mandi lagi, cukuplah dengan mencuci muka dan menggosok gigi. Selanjutnya pakai parfum yang banyak, selesai! Nggak akan ada yang tahu mandikah saya hari ini.

Sepulang dari kawasan Kemang, kami mampir di rumah seorang teman. Namanya Mbak Nurul, saya menumpang makan di sana, tapi tidak dengan Mbak Tati karena ia sedang berpuasa. Baguslah, sehingga jatah es teh manisnya bisa saya embat tanpa perlawanan, dan sayur daun singkong yang nikmat itu bisa saya habiskan sendiri.

Setelah merasa kekenyangan, saya mengajak Mbak Tati untuk pulang. Kami berpamitan, lalu Mbak Tati meninggalkan saya yang masih kerepotan di ruang tamunya Mbak Nurul, ia berjalan menuju halaman depan. Sementara sayamasih sibuk membongkar isi tas, merogoh kantung celana kanan, kiri, depan, belakang. Kemudian merogoh jaket, tapi tak juga menemukan yang saya cari. Kunci motor saya. Bagaimana saya bisa pulang kalau kunci motor saya tak ada? Mbak Nurul pun ikut membantu mencarikan, tapi tak ketemu. Jangan-jangan hilang lagi seperti waktu dulu, pikir saya.

Mungkin karena terlalu lama menunggu, Mbak Tati pun kembali masuk dan menanyakan kenapa saya lama sekali. saya pun menjawab,

 "Kunci motor gue hilang, Mbak. Gue taruh di mana ya tadi?"

Dengan tawa penuh menghina, Mbak Tati berkata,

"Dasar dudul Lo, Ta! Emang Lo bawa kunci motor? Lah kan Lo nebeng sama gue! Gue yang boncengin Lo naik motor gue."

"Emang?" Itulah pertanyaan bodoh yang keluar dari bibir seksi saya.

Saya sendiri bingung, bagaimana bisa saya mencari kunci motor dan berpikiran bahwa saya mengendarai motor sendiri, padahal jelas-jelas sejak pagi Mbak Tati lah "tukang ojek"nya.

Kejadian di atas bukanlah satu-satunya kejadian yang menimpa saya dan berujung menjadi musibah untuk orang lain di sekitar saya. Ada banyak kejadian serupa, itulah sebabnya saya menamakan tulisan ini "Rangkuman Kejadian satu Bulan".

Seperti juga yang terjadi beberapa jam yang lalu. Sabtu, 21 Januari 2012, adalah hari jadi saya dan suami yang ke-12, terhitung sejak pacaran ya. Beberapa bulan belakangan, saat weekend suami memang justru tak di rumah, karena banyak pekerjaan yang harus diurus. Malah seringnya saya harus ditinggal menginap beberapa hari, dan bermalam minggu cuma dengan anak-anak. Jadi berhubung hari ini spesial, suami bermaksud memberikan saya waktu yang spesial juga. Maka di tengah pekerjaannya, ia memaksakan diri untuk membuat janji dengan saya jam 9 malam. Sampai Sabtu siang, saya masih ingat soal janjian itu.

Tapi alamak betapa anehnya saya. Jam 9 malam waktu yang ditentukan itu saya menerima pesan singkat dari suami. Ia bertanya,

"Bunda dimana?"

"Ya di rumah lah, Yah. Lagi nonton TV sambil OL ngurus-ngurus dagangan. Terus lagi BBM-an sama temen-temen, besok pada mau janjian lari pagi di UI."

"Emang nggak jadi mau ketemu Ayah malam ini? Ayah udah sampe nih."

Saat itu juga barulah saya ingat kalau saya punya janji dengan suami untuk membuat perayaan kecil. Dan sudah pasti, akhirnya rencana itu batal. Malu dan menyesaaal rasanya. Hiks.

jujur saja, semua kejadian tersebut membuat perasaan saya bercampur aduk. Sedih, juga bangga, menjadi satu. Sedih, karena di usia yang belum genap 30 tahun (oh my god, benarkah saya setua itu?) saya sudah pikun. Mungkin 10 tahun lagi saya mulai sering salah saat memanggil nama kalian semua. Dan bangga, ya. saya bangga karena memiliki kisah-kisah aneh dan menjengkelkan macam ini sehingga bisa saya bagikan seperti sekarang. Hmmm, Tuhan pasti punya alasan mengapa Dia memilih saya (rasa bangga yang nggak jelas, jangan ditiru!).

Dan sebagai penutup, saya hanya ingin menyampaikan permohonan maaf pada pihak-pihak yang merasa dirugikan oleh keunikan kepribadian saya ini. Bukan maksud saya untuk begitu. Mohon kalian mengerti. Mungkin seaktu kecil saya hanya kurang imunisasi, dan sekarang otak saya butuh nutrisi.

Sudah ya, sudah malam menjelang pagi.

With Love n Hug, Lieta.

dari kiri ke kanan: Mbak Tati, Mbak Nurul, dan saya.  ^_^